Yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila

Yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila
YAMP Perum GAN Sukatani Purwakarta

Rabu, 08 April 2009

KAYA HATI

Kaya Hati

”Barang siapa memudahkan kesukaran seseorang, Allah akan memudahkan baginya di dunia dan akhirat” (HR.Muslim).
Tidak mudah merasakan bagaimana sesungguhnya hidup susah, kecuali oleh orang-orang yang sedang mengalami kesusahan hidup. Seperti halnya perasaan saudara-saudara kita yang sedang hidup di tenda-tenda sementara, yang kemudahannya serba kekurangan. Dengan demikian, hanya orang-orang tertentu yang mampu merasakan perasaan susahnya orang lain, terutama orang-orang yang tergolong sebagai kaya hati.
Dalam suatu hadist, Rasulullah SAW mengatakan bahwa kekayaan yang sesungguhnya ialah kaya hati. Orang yang kaya hati, meskipun tidak kaya harta, akan tetap berusaha untuk menunjukkan keprihatinannya terhadap orang lain. Sebaliknya, orang yang kaya harta, namun tidak kaya hati, tidak akan mudah prihatin terhadap nasib orang lain, terutama orang-orang yang hidup dalam kesusahan.
Sebagaimana dikatakan dalam hadits di atas, orang yang kaya hati sehingga mau membantu meringankan beban orang susah akan mendapatkan sekurang-kurangnya dua kemudahan. Pertama, kemudahan hidup selama di dunia. Ada saja pertolongan yang diperolehnya, meskipun bukan melalui orang yang pernah dibantunya. Allah mengirim bantuan melalui tangan hamba-hambanya yang lain. Kedua, pahala yang akan membantuya sewaktu ditimbang amalnya di hari akhirat kelak.
Berdoa kepada Allah supaya kita dimasukkan ke dalam golongan yang kaya hatinya. Jangan sampai kita menjadi orang yang mati sebelum dimatikan oleh Allah SWT yaitu orang yang mati hatinya.

Mutiara Hati

”Siapa yang melihat akhir suatu perkara di awal langkanya, dengan mata hatinya, kelak akan beroleh hasil yang sangat baik dari perbuatannya dan akan selamat dari akibat buruknya”


”Barangsiapa yang tidak waspada dan hanya menuruti perasaannya, ia akan menderita akibat perbuatannya dan tak akan mencapai kebahagiaan, ia tak akan pernah tentram dalam menjalani hidupnya”

Dikutip dari Mutiara Amaly

BAGAIKAN BUIH

Dunia Islam kian terpuruk, ditindas dan dihina oleh musuh-musuh Islam. Umat Islam tidak dapat berbuat apa-apa melihat saudara seagamanya ditindas. Hal ini sudah dapat diramal oleh Nabi Muhammad SAW sejak dulu.
”Hampir saja bangsa-bangsa mengepung kamu, seperti kelompok orang lapar siap melahap makanan”. Berkata seorang sahabat, ”Apakah karena jumlah kami sedikit pada waktu itu?” Rasul SAW .menjawab,” Jumlah kalian pada saat itu banyak, tetapi kualitas kalian seperti buih ditengah lautan. Allah mencabut rasa takut dari musuh terhadap kalian, dan memasukkan kedalam hati kalian penyakit Wahn”. Berkata seorang sahabat,”Wahai Rasulullah SAW, apa itu Wahn?” Rasul SAW.berkata,”Cinta dunia dan takut mati.” (H.R.Ahmad dan Abu Daud)
Mari kita renung sejenak tentang kebenaran sabda Rasulullah ini. Jumlah ummat Islam pada hari ini mencapai lebih 1 milyar, satu angka yang banyak. Mereka bertebaran di muka bumi ini; kebanyakan tinggal di negara yang dikaruniakan Allah hasil bumi yang lumayan.
Sumber ekonomi yang kukuh dan tenaga kerja yang banyak bisa menjadi aset memajukan negara dan sekaligus memartabatkan Islam sehingga disegani seantero dunia. Persoalannya ialah kenapa faktor-faktor ini tidak dimanfaatkan? Kenapa umat Islam kini menjadi lemah dan mudah diperkotak-katikkan oleh musuh-musuh Islam? Sebaliknya musuh Islam yang mempunyai kedudukan ekonomi yang kukuh menjalankan pelbagai strategi melumpuhkan dan memporak-porandakan negara Islam.
Nabi menjelaskan puncak kelemahan ini ialah wujudnya kecintaan kepada kehidupan dunia mengatasi kecintaan kepada akhirat. Apabila kecintaan ini meresap dan menjadi budaya hidup umat, Allah memasukkan perasaan berani dalam hati musuh Islam dan pada masa yang sama mencabut keberanian itu dalam hati orang Islam lalu digantikan dengan perasaan penakut: takut kepada musuh Islam.
Kejatuhan Baghdad ketika diserang oleh orang-orang mongol sepatutnya dijadikan teladan supaya peristiwa hitam ini tidak akan berulang kembali. Adakah faktor-faktor kejatuhan Baghdad jaman dulu meresap dalam masyarakat dewasa ini?
Masalah suap sekarang semakin menjadi. Ia telah menyerap dalam pelbagai organisasi. Keadaan begini memudahkan musuh Islam menggunakan uang untuk membeli pucuk pimpinan supaya tercapai hasrat mereka melumpuhkan umat Islam sendiri. Jika dibiarkan berleluasa bukan saja ekonomi umat Islam merosot bahkan negara juga turut tergadai.
Bagaimana keadaan realitas masyarakat Islam sekarang? Sudahlah ekonomi lemah, disusul pula dengan pelbagai penyakit dan gejala sosial. Bagaimana dapat membasmi keruntuhan akhlak sekiranya media massa semakin galak menonjolkan isu-isu ganas dan seks. Isu pemulihan hanya sekedar melepas batuk ditangga dan seolah-olah ’lain sakit lain pula obat yang diberi’.
Peluncuran TV berbayar dan TV internet serta alat komunikasi lain bukan menjadi obat gejala sosial dewasa ini melah menjadikannya lebih kronik. Babak-babak yang tidak sepatutnya ditonton sudah menjadi semakin lumrah dan video porno pula dapat dibeli oleh siapa saja. Bukankah ini menjadi pemicu ke arah gejala yang lebih dahsyat?
Umat islam kini tidak mempunyai ketahanan dan iman yang kuat untuk menangkis serangan yang hebat ini. Semua ini adalah diantara strategi dan perancangan musuh Islam yang tidak akan ridha terhadap perkembangan Islam selamanya. Bayangkan apa yang akan berlaku beberapa tahun lagi dengan kemunculan teknologi IT yang semakin canggih.
Firman Allah dalam Al Qur’an ”Orang Yahudi dan nasrani sekali-kali tidak ridha terhadap kamu buat selama-lamanya sehingga kamu mengikuti cara hidup mereka.”
Masjid kian terpinggir dengan kewujudan mall yang banyak. Manusia lebih suka ke mall dari pada masjid. Mall diramaikan siang dan malam tetapi masjid menjadi lengang, cuma diramaikan dengan karpet dan keceriaan. Bukankah ini juga perancangan musuh Islam?
Lantaran cinta kepada dunia sanggup menjauhi masjid dan berkejaran ke mall.
Dalam hadist tadi, Nabi memberikan 2 faktor berlakunya realitas ini: cintakan dunia dan benci kepada mati. Umat Islam generasi pertama dulu cintakan mati karena dapat bertemu dengan Allah segera. Oleh sebab itu kalau ada panggilan jihad, mereka sukarela bergabung tenaga memerangi musuh Islam. Mereka tidak takut menghadapi mati.
Sebaliknya masyarakat Islam hari ini takut mati, malahan mengingatkan mati pun dianggap menyekat kemajuan. Mereka takut mati karena memikirkan dosa yang terlalu banyak dilakukan dan sedikitnya amalan pahala yang dibuat. Akhirnya semangat jihad memperjuangkan dan menegakkan agama Allah pudar dan terkikis.
Oleh karena itu, sementara kita dipinjami nyawa ini, sama-samalah kita ini menginsafi diri dan bertaubat di atas segala keterlanjuran yang kita lakukan. Hanya dengan kembali kepada Allah, segala penyakit akan terobati, insya Allah.

Mutiara Kata
Tantangan hidup umpama dapur pembakar yang mematangkan akal dan fikiran. Tanpa tantangan tidak akan meningkat dewasa walaupun umur bertambah.


Dikutip dari Mutiara Amaly

Panjang Angan

“Kegembiraanmu dengan perbuatan dosa, tertawamu, ketika melakukan dosa, kesedihanmu saat tidak dapat melakukan dosa, kesungguhanmu menutupi aib akibat dosa dan hatimu yang tidak bisa gemetar ketika Allah (SWT) memandang dosamu, semua itu lebih berat di sisi Allah (SWT) melebihi timbangan dosa itu.” Ibnu Al-Qoyyim.
Betapa mudah diri melupakan dosa sedangkan Allah (SWT) mencatatkan segala-galanya untuk siding pembicaraan di akhirat. Bukankah sudah sampai firman Allah (SWT) mengenai nasib manusia yang melupakan dosanya.
“Dan diletakanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang bersalah ketakutan terhadap apa yang tertulis di dalamnya, dan mereka berkata: aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang sudah mereka kerjakan ada tertulis dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang juga pun.” (Surah A-Kahfi, ayat 49).
Mengapa diri selalu mengulangi dosanya selepas bertaubat? Apakah karena syaitan lebih bijak menyelewengkan dengan hujah bahwa Allah (SWT) Maha Pengasih dan Maha Pengampun? Lalu mengapa diri kita tidak berfikir apakah tujuan diciptakan neraka jika semua-konon-bisa masuk syurga dengan cara mempermain-mainkan pengampunan Allah (SWT)?
Orang yang benar-benar beriman tidak akan terjerumus ke dalam lubang yang sama dua kali dan orang yang benar yakin dengan perhitungan hari akhirat pasti berusaha menjadikan hari ini lebih baik daripada kemarin dari segi peningkatan ilmu, iman dan ibadat.
Mengapa banyak hamba Allah (SWT) yang sudah bertaubat di hadapan Ka’bah, disaksikan masjid Rasulullah SAW di sisi makamnya, dengan lelehan air mata yang menyesakan dada tetapi dengan sekejap mata mengulangi kembali perbuatan maksiat dan melupakan janji setia kepada Allah (SWT) yang diikat dilehernya?
Hasutan setan memanjangkan angan-angan bahwa dengan hartanya dia bisa 10 kali mengerjakan haji dan menambah amal salih. Tetapi lupa sehat dan sakit, ajal dan maut di tangan Allah (SWT) yang tidak mungkin dibeli dengan harta dan kedudukannya.
Bagaimana jika Allah (SWT) mencabut nyawanya dalam keadaan bermaksiat?

Mutiara Kata
Sekiranya kita mengabaikan peluang dan kesempatan yang ada di depan kita hari ini maka kita akan menjadi manusia yang bangkrut di hari esok. Yang lebih malang lagi ialah kita tidak punya apa-apa untuk hari pertemuan kita dengan Allah.

Dikutip dari Mutiara Amaly

1 komentar:

  1. sebagai sesama muslim saya setuju masjid sebagai pemersatu umat...
    akan tetapi saya tidak setuju.....kalo muslim pake kekerasan.....dan bermacam macam aliran....sebab islam adalah islam dan ada hanya satu islam......islam adalah ajaran yang mengajarkan umatnya saling cinta....
    mari kita berjuang untuk kembali meluruskan ajaran islam,,,,yang telah banyak menyimpang dari ajaran ....

    BalasHapus